Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Film Fast & Feel Love, Antara Cinta, Kecepatan, dan Konflik Hidup.

Review Film Fast & Feel Love, Antara Cinta, Filosofi Kecepatan, dan Konflik Hidup.
Seperti judulnya, “Fast & Feel Love”, film ini menceritakan kisah cinta dan filosofi tentang kecepatan.

Di awal cerita, KAO, karakter utama dari film ini, laki-laki tampan berambut panjang, dan selalu memakai topi merahnya.

Ketika ditanya guru konselingnya,

“Cita-citamu apa?”

“Aku ingin jadi atlet profesional penyusun gelas!” jawab KAO tegas.

Ibu guru itu marah besar.

Dari opening ini saja saya sudah dibuat kagum dengan sebuah obrolan lintas generasi.

Umumnya guru tentu ingin mendengar muridnya bercita-cita tinggi, seperti menjadi pilot, pengusaha, pramugari, masinis, polisi, atau sejenisnya.

Namun di generasi yang jauh lebih muda, mereka cenderung memiliki kebebasan dalam bercita-cita. Seperti ingin jadi Youtuber, Influencer, Treder, Programer, yang mana jenis cita-cita tersebut sama sekali tidak pernah dipikirkan oleh para generasi tua.

Singkat cerita, KAO lulus dari sekolah. Ia tidak kuliah. Memilih membantu orang tuanya di rumah. Kebetulan ibunya jualan mie di rumah.

Review Film Fast & Feel Love, Antara Cinta, Filosofi Kecepatan, dan Konflik Hidup.

Di rumah, KAO sangat fokus dengan hobi sekaligus cita-citanya, menyusun gelas. Dia ditemani JAY, wanita cantik yang juga bersimpati dengan jalan ninja KAO.

Menyusun gelas adalah olahraga yang membutuhkan fokus tinggi, kata KAO. Setiap hari JAY ikut membantunya latihan di rumahnya.

JAY selalu sigap ketika ibu KAO memberinya distraksi seperti menyuruh beli minyak, memarkirkan mobil, atau menjemur pakaian.

Pada akhirnya, ada satu titik di mana KAO dan JAY memutuskan untuk membeli rumah sendiri agar tidak diganggu oleh ibunya lagi.

Rencana itu pun akhirnya terwujud. KAO dan JAY membeli rumah. Mereka mengangsur. Patungan. Mereka tinggal berdua. KAO fokus latihan. Sedangkan JAY fokus melayaninya dan mengurus rumah.

Review Film Fast & Feel Love, Antara Cinta, Kecepatan, dan Konflik Hidup.

Tidak pernah sedikit pun JAY mengeluh. Sebab kebahagiaannya bersinggah di senyuman KAO.

Setiap hari JAY menyiapkan makanan bergizi, membersihkan rumah, mencuci, menata kamar, merawat tanaman, dan masih banyak lagi. Sedangkan KAO hanya berlatih, berlatih, dan berlatih.

Namun di sisi lain, JAY memiliki rencana lain. Rencana yang berkaitan dengan cita-citanya sedari dulu. JAY ingin punya anak. Tinggal di rumah, menjadi ibu rumah tangga, merawat anak-anak dan suaminya. Itulah mimpi JAY.

Namun JAY urungkan cita-citanya. Ia tetap memilih diam sembari menemani KAO menuju kompetisi internasional.

Ya, target KAO adalah tembus kompetisi internasional. Sistemnya daring. Setiap peserta di seluruh dunia boleh mengunggah video susun gelas di rumahnya masing-masing.

Video tersebut diunggah di website kompetisi. Mereka diberi tenggang waktu. Barangsiapa yang tercepat, dialah pemenangnya. Hadiahnya adalah ia akan keliling ke Amerika bersama uang-uang sponsor.

Namun percikan mulai muncul. JAY tidak mau ke Amerika. JAY mau di Thailand saja. Dia punya pekerjaan. Mimpinya di Thailand, bukan di Amerika.

Cita-cita mereka tak bertemu. KAO ingin ke Amerika karena kejuaraan menyusun gelas, sedangkan JAY ingin tetap di Thailand.

JAY akhirnya pergi dari rumah, berpisah dengan KAO. Tidak hanya sekedar perpisahan fisik, namun juga perpisahan cinta mereka.

KAO akhirnya sendirian di rumah. Dia sangat kebingungan. Dia kaget karena tidak bisa mengurus rumah itu sendiri.

Akhirnya dia bertemu METAL, wanita gemuk yang memiliki segudang pengalaman di dunia pelayanan. Dia ahli kran air, listrik, gas, mesin cuci, dan masih banyak lagi.

KAO benar-benar merasa terbantu atas kedatangan METAL. Segala kuberisikan rumah dapat diredam oleh METAL. Bahkan makanan yang dibuatkan METAL lebih nikmat dibandingkan bikinan JAY.

KAO rutin berangkat kerja ke sekolahnya. Sekolah tersebut khusus untuk pelatihan olahraga menyusun gelas.

Di sana ia dibantu teman sekaligus manajernya, POR. POR adalah wanita karir bidang saham, sahabatnya sejak kecil.

Ketika kompetisi itu berlangsung, POR memasang taruhan besar atas kemenangan KAO. Sebab itulah POR sangat mendukung jalan ninja KAO agar bisa menang dalam kompetisi ini.

Waktu itu, rekor KAO adalah 4,7 detik. Waktu tercepat yang pernah ditorehkan KAO. Dia tidak pernah bertambah cepat lagi setelah kepergian JAY dari rumah.

Di sisi lain, JAY bersama kehidupan pribadinya sedang mempersiapkan bayi tabung untuk masa depannya. Ia tidak berpikir sampai menikah atau memiliki suami. Ia hanya ingin punya bayi dan mengurusnya dengan kasih sayang.

Review Film Fast & Feel Love, Antara Cinta, Filosofi Kecepatan, dan Konflik Hidup.

Waktu kompetisi masih berjalan. POR marah-marah. Ia memperlihatkan video seorang anak berkulit hitam menyusun gelas dengan begitu gesit. Namanya EDWARD. Dari negara lain.

KAO terjatuh lesu setelah melihat rekor anak itu, 4,6 detik. Selisih 1 mili detik dari rekor KAO. Sejak hari itu hidup KAO tidak tenang.

Ia menaikkan kualitas latihannya. Pagi siang sore tanpa ampun. METAL terus bersamanya. Ia selalu membereskan segala tekanan yang dihunjamkan pada KAO.

H-3 sebelum kompetisi berakhir, KAO putus asa. Rekornya menurun jadi 5 detik. Ia pesimis. Di sisi lain, JAY secara sepihak menjual rumah yang ia beli bersama KAO.

Singkat cerita KAO diusir dari rumah tersebut. KAO tinggal lagi bersama ibunya. Di sana ia mendapatkan tekanan yang sama seperti dulu.

Namun ada banyak pelajaran yang didapatkan KAO. Kompetisi ini tidak hanya membutuhkan ketenangan, namun juga kerelaan.

Singkat cerita, ia bertemu muridnya. Namanya PAI, PAI adalah anak POR. PAI secara diam-diam memiliki kapasitas sebagai orang dewasa.

PAI menunjukkan videonya menyusun gelas. PAI menorehkan waktu 3,8 detik. KAO terpukau. Dia mewek dan merasa tak percaya akan torehan tersebut.

Akhirnya KAO secara hina mengemis pada PAI bahwa ia harus menerima KAO sebagai muridnya. Murid jadi guru dan guru jadi murid.

PAI pun menerima permintaan KAO. Akhirnya mereka berlatih bersama. Di sisi lain, EDWARD diam-diam meneror KAO lewat telepon. Meski masih kecil, peran EDWARD waktu itu seperti kesurupan kakek-kakek yang mengancam menantunya, sangat gelap dan dingin.

Singkat cerita, KAO putus asa. Dia telah mencapai usaha klimaksnya mengejar rekor dan hasilnya tetap sama. Dia tidak pernah bisa mengungguli rekor EDWARD, anak kecil berkulit hitam.

PAI yang kala itu merasa kasihan. Akhirnya blak-blakan soal kunci kesuksesannya. Ia mengatakan pada KAO bahwa kunci dari kecepatan bukanlah dari fokus dan ketenangan, melainkan dari tekanan dan kerjasama tim dari orang-orang yang mendukungnya dari belakang.

PAI mengatakan bahwa rekor 3,8 detik itu didapatkan ketika ayah dan ibunya sedang bertengkar hebat di depan kamarnya. Dari tekanan itulah PAI bisa mencapai kecepatan yang sangat luar biasa.

KAO pun akhirnya sadar. Ia telah mengalami dilema cinta dengan JAY selama ini. Kerinduannya dengan JAY adalah bentuk tekanan hebat bagi KAO. Hatinya kosong.

KAO pun juga sadar bahwa di belakangnya terdapat tim hebat, yaitu orang-orang dari belakang layar yang telah mendukungnya selama ini, seperti METAL, PAI, POR, PAI, bahkan ibunya sendiri.

Dari semua tekanan tersebut, KAO seperti mendapatkan kekuatan yang belum pernah ia sadari sebelumnya.

PAI terpaku.

“Kawan, mungkin ini sudah waktunya!” bisik PAI.

KAO akhirnya bangkit dan memburu rekor barunya. Ia mencoba, mencoba, dan mencoba. KAO seperti kesurupan. Tatapannya fokus. Ia membayangkan kepedihan, perjuangan, dan pengorbanan.

Akhirnya KAO berhasil. Ia menorehkan rekor baru, 4,3 detik (saya sedikit lupa angka pastinya).

Rekor tersebut direkam dalam bentuk video. Diunggah ke website kompetisi. Kompetisi selesai. KAO menang. Ia dapat uang banyak. Rumah yang telah dijual JAY kembali dibeli lagi oleh KAO.

KAO mengungkapkan cintanya lagi pada JAY, JAY pun sama sekali tak menyadarinya. Ia meminta maaf. Ia tidak bisa bersamanya lagi.

JAY ingin hidup bersama mimpinya di negara Thailand. Sedangkan KAO pergi ke Amerika untuk meneruskan karirnya sebagai atlet olahraga menyusun gelas.

Apakah EDWARD kalah?

TIDAK! Ia tidak kalah. Di akhir film ini. EDWARD menorehkan rekor tak terbantahkan, yaitu 3,6 detik.

EDWARD duduk di teras rumah. Ia dihampiri ibunya. Ibunya ikut duduk di sampingnya. Ibunya tersenyum.

“Kenapa kau tidak unggah video itu ke website kompetisi itu, EDWARD?”

“Entah, Aku merasa tidak perlu ke Amerika. Aku merasa ingin di rumah ini saja bersama ibu.”

Mereka saling menatap.

Ibu EDWARD tersenyum. EDWARD tersenyum.

Kesimpulan:

Film ini sangat bagus. Dari 1 sampai 10, saya beri rating 8. Alasannya, film ini kaya akan pesan moral. Humor dapat. Anti klise. Ada unsur-unsur film parasitnya, seperti kedatangan METAL bersama dua pembantu lagi yang ia tarik dari kampung halamannya.

Kelemahan film ini menurut saya, kesan “percintaan” dalam film ini lebih condong ke pengorbanan. Tidak begitu tampak. JAY pun sebagai tokoh sekunder kerap kali menghilang.

Terakhir, ending film ini bagus dan mengena, namun di sektor percintaan, film ini agar membuat saya mewek. Mereka bertemu dan sama-sama ingin mengungkapkan sesuatu selama ini. KAO mengatakan cintanya, sedangkan JAY mengatakan bahwa KAO terlalu keras saat mendengkur. Kemudian JAY memberi nasihat agar pergi ke dokter.

awok awok awok.

Seluruh gambar di artikel ini bersumber dari: Internet Movie Database (IMDb)

Post a Comment for "Review Film Fast & Feel Love, Antara Cinta, Kecepatan, dan Konflik Hidup."